Orang-orang yang berusaha mencari Tuhan lewat teori, membuka tutup substansi tetapi tidak pernah benar-benar dengan jelas membenarkan substansi yang mereka tebak sendiri di dalam hidup mereka sendiri, kalau pada akhirnya seorang agnostik berkata "menurut saya..." "berdasarkan pengalaman spiritual saya...." kenapa tidak mengembalikan agnostik sebagai paradigma berfikir dan sebuah pandangan berintelektual, bukan sebagai sebuah religious view. Toh mereka juga berangkat dari ketidak-tahuan dan keraguan akan sebuah kekuatan besar yang diisukan seribu milyar orang sebagai Tuhan.
Agnostik (Religious) mungkin hanya sebuah pelarian orang-orang yang malas berkeyakinan kalau hidup ini benar-benar datang berkat Tuhan, kenapa mereka tidak berfikir kenapa ibu-mu adalah ibu-mu yang itu sekarang?? Ketika memandangi wanita yang biasa kau sebut ibu selama berpuluh-puluh tahun, perasaan apa yang selalu muncul? Pribadi-ku "kenapa dulu aku berada di dalam rahimnya? Orang ini siapa? Kenapa dia ini? Apa yang dia lakukan? Dan apa yang pernah terjadi padaku sebelum aku ini berada di dalam rahimnya?" Adakah muatan logika yang faktuil yang bisa dijadikan sabda? Jika agnostik memang baik untuk kebutuhan mental spiritual kenapa harus berhenti mencari tahu dan hanya menyimpulkan kalau "aku seorang agnostik, aku tidak tahu apa-apa tentang tuhan. Aku pikir tuhan itu di luar kemampuanku untuk menjangkaunya. Maka selesai urusan." Sekali lagi kenapa tidak pernah berusaha mencari tau?
Aku tidak ingin berakhir dalam sebuah ketidak-jelasan dan ketidak-tahuan. Aku memang bukan orang yang sepenuhnya beragama. Aku percaya pada Tuhan, dan aku menyakini agama adalah jalan mencari pembenaran dalam berkelakuan. Aku akan terus mencari tau karena aku bukan agnostik. Aku tidak akan pernah benar-benar jadi orang yang rasional baik secara pencitraan maupun sebagai kenyataan yang konyol.
Agnostik (Religious) mungkin hanya sebuah pelarian orang-orang yang malas berkeyakinan kalau hidup ini benar-benar datang berkat Tuhan, kenapa mereka tidak berfikir kenapa ibu-mu adalah ibu-mu yang itu sekarang?? Ketika memandangi wanita yang biasa kau sebut ibu selama berpuluh-puluh tahun, perasaan apa yang selalu muncul? Pribadi-ku "kenapa dulu aku berada di dalam rahimnya? Orang ini siapa? Kenapa dia ini? Apa yang dia lakukan? Dan apa yang pernah terjadi padaku sebelum aku ini berada di dalam rahimnya?" Adakah muatan logika yang faktuil yang bisa dijadikan sabda? Jika agnostik memang baik untuk kebutuhan mental spiritual kenapa harus berhenti mencari tahu dan hanya menyimpulkan kalau "aku seorang agnostik, aku tidak tahu apa-apa tentang tuhan. Aku pikir tuhan itu di luar kemampuanku untuk menjangkaunya. Maka selesai urusan." Sekali lagi kenapa tidak pernah berusaha mencari tau?
Aku tidak ingin berakhir dalam sebuah ketidak-jelasan dan ketidak-tahuan. Aku memang bukan orang yang sepenuhnya beragama. Aku percaya pada Tuhan, dan aku menyakini agama adalah jalan mencari pembenaran dalam berkelakuan. Aku akan terus mencari tau karena aku bukan agnostik. Aku tidak akan pernah benar-benar jadi orang yang rasional baik secara pencitraan maupun sebagai kenyataan yang konyol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar