Rasanya aku sering sekali menyangsikan sebuah kemunafikan yang beriringan dengan basa-basi santai yang mudah saja orang sempurnakan dalam komunikasi dua arah yang tidak bermutu sama sekali.
Seorang ibu-ibu muda datang bersama dua anak laki-lakinya yang masing-masing berumur 10 dan 7 tahun, menyambangi kediaman seorang wanita paruh baya yang tinggal dalam sebuah rumah yang tergolong mewah namun sederhana bersama sang cucu yang egosentrik dan angkuh karena merasa ayah dan ibunya yang berada dalam perantauan bergelimang dengan mewahnya menjadi orang yang berkedudukan dan cukup berpengaruh. Ibu ini datang bersalaman formal dengan wanita paruh baya mengingat masih dalam suasana berlebaran, Ibu ini adalah seorang kenalan yang sekedar ingin bersilaturami karena secara tidak sengaja melewati rumah wanita paruh baya tersebut. Sang wanita paruh baya mengiringi mereka masuk ke dalam ruang tamu dan tersenyum sumringah menyambut kedatangan tamu tak diundang ini, mereka mengobrol seadanya lalu menyediakan air putih dalam gelas-gelas bening berkaca tebal dan berkaki dengan lekuk yang indah.
Sudah sewajarnya seorang anak yang menginjak usia masa-masa sekolah dasar berkelakuan dengan sepenuh naluri keingintahuan yang meledak-ledak. Mungkin kau akan kepayahan dengan seorang anak laki-laki, bagaimana dengan dua orang kakak adik yang kompak saling mencukupi ledakan-ledakan itu? Mereka berlari kecil menuju halaman rumah, mencelupkan kaki ke dalam kolam kecil berisi ikan koi yang sedang gelagapan menghindari kaki-kaki muda yang secara sengaja diombang ambingkan di dalamnya. Sang adik tertawa meringis melihat kakaknya berdiri tidak seimbang menyesuaikan kaki yang ada di dalam kolam mengejar ikan koi.
Ibu mereka berteriak memperingati, kakak adik itu mematut diri dengan wajah penuh kekecewaan sementara sang wanita paruh baya hanya tersenyum santai dan mengungkapkan betapa bahagianya memiliki anak-anak proaktif dan penuh rasa ingin tahu, bahkan dia beranggapan anak-anak ini diberkahi dengan kecerdasan yang terpendam dalam wajarnya sebuah kenakalan. Sang ibu hanya tersenyum memerah entah karena malu atau tersipu telah berhasil mendidik anak.
Selepas 30 menit berlalu, sang ibu berdiri berpamitan kepada wanita paruh baya, memanggil anak-anaknya untuk turut serta berpamitan kepada sang wanita. Sayang sekali persaudaraan laki-laki ini tidak mengindahkan sang ibu, mereka hanya datang mendekati dan minum bergantian dari sisa air dalam gelas ibunya. Sang wanita paruh baya memakluminya.
Selang 5 menit sang ibu bersama dua anak lelakinya pergi sang wanita paruh baya bergolak dengan penuh emosi, dia meyakinkan dirinya kalau kedua anak laki-laki tersebut tidak pernah diberkati dengan rasa sopan yang dalam dan tidak pernah diajarkan bertata krama yang baik oleh sang ibu. Mereka hanya anak-anak berkelakuan iblis yang tidak mengerti adat. Sang cucu-pun membenarkan dengan membandingkan betapa sopan dirinya ketika sebaliknya bertamu ke rumah orang lain. sang Nenek-pun sekejap bersinar-sinar mungkin merasa beruntung memiliki cucu yang terlihat baik.
Begitu sederhana namun menyakitkan dan sangat menggelikan, betapa sebuah keramah-tamahan hanyalah sebuah penghinaan terselubung, entah apa ini konspirasi baik hati atau basa-basi santai yang memuakan. Yang ku tahu ini hanya sebuah cerita yang tidak bermutu.
Seorang ibu-ibu muda datang bersama dua anak laki-lakinya yang masing-masing berumur 10 dan 7 tahun, menyambangi kediaman seorang wanita paruh baya yang tinggal dalam sebuah rumah yang tergolong mewah namun sederhana bersama sang cucu yang egosentrik dan angkuh karena merasa ayah dan ibunya yang berada dalam perantauan bergelimang dengan mewahnya menjadi orang yang berkedudukan dan cukup berpengaruh. Ibu ini datang bersalaman formal dengan wanita paruh baya mengingat masih dalam suasana berlebaran, Ibu ini adalah seorang kenalan yang sekedar ingin bersilaturami karena secara tidak sengaja melewati rumah wanita paruh baya tersebut. Sang wanita paruh baya mengiringi mereka masuk ke dalam ruang tamu dan tersenyum sumringah menyambut kedatangan tamu tak diundang ini, mereka mengobrol seadanya lalu menyediakan air putih dalam gelas-gelas bening berkaca tebal dan berkaki dengan lekuk yang indah.
Sudah sewajarnya seorang anak yang menginjak usia masa-masa sekolah dasar berkelakuan dengan sepenuh naluri keingintahuan yang meledak-ledak. Mungkin kau akan kepayahan dengan seorang anak laki-laki, bagaimana dengan dua orang kakak adik yang kompak saling mencukupi ledakan-ledakan itu? Mereka berlari kecil menuju halaman rumah, mencelupkan kaki ke dalam kolam kecil berisi ikan koi yang sedang gelagapan menghindari kaki-kaki muda yang secara sengaja diombang ambingkan di dalamnya. Sang adik tertawa meringis melihat kakaknya berdiri tidak seimbang menyesuaikan kaki yang ada di dalam kolam mengejar ikan koi.
Ibu mereka berteriak memperingati, kakak adik itu mematut diri dengan wajah penuh kekecewaan sementara sang wanita paruh baya hanya tersenyum santai dan mengungkapkan betapa bahagianya memiliki anak-anak proaktif dan penuh rasa ingin tahu, bahkan dia beranggapan anak-anak ini diberkahi dengan kecerdasan yang terpendam dalam wajarnya sebuah kenakalan. Sang ibu hanya tersenyum memerah entah karena malu atau tersipu telah berhasil mendidik anak.
Selepas 30 menit berlalu, sang ibu berdiri berpamitan kepada wanita paruh baya, memanggil anak-anaknya untuk turut serta berpamitan kepada sang wanita. Sayang sekali persaudaraan laki-laki ini tidak mengindahkan sang ibu, mereka hanya datang mendekati dan minum bergantian dari sisa air dalam gelas ibunya. Sang wanita paruh baya memakluminya.
Selang 5 menit sang ibu bersama dua anak lelakinya pergi sang wanita paruh baya bergolak dengan penuh emosi, dia meyakinkan dirinya kalau kedua anak laki-laki tersebut tidak pernah diberkati dengan rasa sopan yang dalam dan tidak pernah diajarkan bertata krama yang baik oleh sang ibu. Mereka hanya anak-anak berkelakuan iblis yang tidak mengerti adat. Sang cucu-pun membenarkan dengan membandingkan betapa sopan dirinya ketika sebaliknya bertamu ke rumah orang lain. sang Nenek-pun sekejap bersinar-sinar mungkin merasa beruntung memiliki cucu yang terlihat baik.
Begitu sederhana namun menyakitkan dan sangat menggelikan, betapa sebuah keramah-tamahan hanyalah sebuah penghinaan terselubung, entah apa ini konspirasi baik hati atau basa-basi santai yang memuakan. Yang ku tahu ini hanya sebuah cerita yang tidak bermutu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar