Kamis, 29 September 2011

Nothing to Rottingness


i think i'm fucking tired with social networking
i'll be all the time blogging
i wish
no more hope
no more envious riddiculous stuff haunt me
no more jealous
no more me
so called Isabella


Senin, 26 September 2011

Can You See Me?!


Can You See Me?
In the Colour? In the Fade of Black?
Can You?

Sudut Metro

Seperti biasanya saya suka jalan-jalan sendiri dan meng-capture beberapa pic random, kata orang dalam perjalanan yang memakan waktu dua jam atau lebih dengan traffic jamnya adalah neraka, tapi kenapa mereka tidak mencoba untuk menikmati sesuatu yang ada di sekitar mereka, tidak perlu dengan nuansa pemandangan alam atau sesuatu yang unik, tapi cukup menikmati kebiasaan hidup dan berlingkungan masyarakat pada umumnya, just make it a better place, if it's not fit with the real life try with ur imagination and open ur mind widely.


08:53:16
Berada dalam bus paling nyaman dengan posisi duduk tepat di bawah AC

Ya! dari sisi inilah banyak hal yang dapat kau gali
dari sudut metro di sudut kanan busway


08:53:40
Ini sudut favorit saya, lokasinya di tengah kota di bawah jembatan legendaris

Masih asri masih sangat tradisionil d
an hangat


08:55:12
Bangunan dengan arsitektur yang unik, salah satu peninggalan Belanda

Tempat ini harusnya diberdayakan menjadi sebuah sasana wisata perjuangan
Bukan kantor polisi pamong praja setempat


08:55:18
Dari sudut bangunan tertera bahwa ini adalah gudang keperluan pangan

Kota tertua yang seharusnya terawat dan tidak terabaikan


09:06:32
Sentral Kerajinan Kasur / Lihab

Salah satu keberhasialan Visit Musi 2010

Pemerintah kota turun tangan memberdayakan pusat-pusat kerajinan



09:13:24
Salah satu kemelaratan budaya
Bangunan tua dengan arsitektur unik yang merupakan Museum Tekstil ini beralih menjadi bangunan komersial, hotel.

Menyenangkan bukan, menjadi bagian dari metropolitan yang sesak lalu berbahagia menemukan kesenangan yang biasa-biasa saja di sudut metro tetapi membunuh kejemuan.
Well, selamat mencoba =)


Minggu, 25 September 2011

Hypophrenia


a feeling sadness seemingly without a cause

Kamis, 22 September 2011

Alasan

Ketika kontradiksi menghujam, sejenak pro-aksi memproteksi diri, begitu juga sebaliknya ketika merasa lega dan nyaman atas kebenaran yang tak terbantahkan maka perasaan tidak pernah puas sebelum jatuh berdarah-darah akan terus datang menggempur. Manusiawi, se-bersalahnya manusia, akan selalu ada A untuk B lalu C dibalik D hingga X,Y dan Z tidak akan pernah ada habisnya.

Tidak pelak, sekalipun terbata, tersedak dan tersendat-sendat lirih, si pendosa akan punya alasan untuk menyangkal kesalahan yang benar-benar terjadi. Bagaimana dengan kebohongan yang hancur dihakimi pemerintah di ruang formal dan terbuka, di depan saksi, dengan bukti yang kuat dan rasa bersalah yang berjatuhan di pelupuk mata? "Kau tidak butuh alasan, teman! Kau hanya butuh uang... there's no government but a corporate culture which has transformed you from a person into a consumer, belilah apa yang bisa kau beli..."

Imago Mago

Rabu, 21 September 2011

The Girl from Ipanema


"The Girl from Ipanema" tidak banyak hal yang kuketahui tentang Astrud Gilberto, selain dia adalah salah satu penyanyi Bossa Nova asal Brazil yang banyak memberikan partnya dalam hidupku, tidak secara esensial tapi mendengarkan letupan bass panjang serta saxophone dan flute riuh rendah yang beradu dengan jernihnya getaran pita suara adalah cara membuang-buang waktu yang indah, bahkan kau tidak menyadarinya jika waktu terus berjalan dan mungkin tidak ada arti yang keras yang bisa membawamu dalam kebenaran yang benar-benar benar dalam hidup. Cukup merasakan dan tidak untuk diamati. Membiarkan kepalamu yang kosong dan tenggorokanmu yang tersedak penuh sampah diindahkan dengan sebuah tune yang bening, yang biasa-biasa saja, namun menyejukan.

Senin, 19 September 2011

The Deep of Silence


the deep of silence
Isabella Maulidya

Minggu, 18 September 2011

Basa Basi Busuk

Rasanya aku sering sekali menyangsikan sebuah kemunafikan yang beriringan dengan basa-basi santai yang mudah saja orang sempurnakan dalam komunikasi dua arah yang tidak bermutu sama sekali.

Seorang ibu-ibu muda datang bersama dua anak laki-lakinya yang masing-masing berumur 10 dan 7 tahun, menyambangi kediaman seorang wanita paruh baya yang tinggal dalam sebuah rumah yang tergolong mewah namun sederhana bersama sang cucu yang egosentrik dan angkuh karena merasa ayah dan ibunya yang berada dalam perantauan bergelimang dengan mewahnya menjadi orang yang berkedudukan dan cukup berpengaruh. Ibu ini datang bersalaman formal dengan wanita paruh baya mengingat masih dalam suasana berlebaran, Ibu ini adalah seorang kenalan yang sekedar ingin bersilaturami karena secara tidak sengaja melewati rumah wanita paruh baya tersebut. Sang wanita paruh baya mengiringi mereka masuk ke dalam ruang tamu dan tersenyum sumringah menyambut kedatangan tamu tak diundang ini, mereka mengobrol seadanya lalu menyediakan air putih dalam gelas-gelas bening berkaca tebal dan berkaki dengan lekuk yang indah.

Sudah sewajarnya seorang anak yang menginjak usia masa-masa sekolah dasar berkelakuan dengan sepenuh naluri keingintahuan yang meledak-ledak. Mungkin kau akan kepayahan dengan seorang anak laki-laki, bagaimana dengan dua orang kakak adik yang kompak saling mencukupi ledakan-ledakan itu? Mereka berlari kecil menuju halaman rumah, mencelupkan kaki ke dalam kolam kecil berisi ikan koi yang sedang gelagapan menghindari kaki-kaki muda yang secara sengaja diombang ambingkan di dalamnya. Sang adik tertawa meringis melihat kakaknya berdiri tidak seimbang menyesuaikan kaki yang ada di dalam kolam mengejar ikan koi.

Ibu mereka berteriak memperingati, kakak adik itu mematut diri dengan wajah penuh kekecewaan sementara sang wanita paruh baya hanya tersenyum santai dan mengungkapkan betapa bahagianya memiliki anak-anak proaktif dan penuh rasa ingin tahu, bahkan dia beranggapan anak-anak ini diberkahi dengan kecerdasan yang terpendam dalam wajarnya sebuah kenakalan. Sang ibu hanya tersenyum memerah entah karena malu atau tersipu telah berhasil mendidik anak.

Selepas 30 menit berlalu, sang ibu berdiri berpamitan kepada wanita paruh baya, memanggil anak-anaknya untuk turut serta berpamitan kepada sang wanita. Sayang sekali persaudaraan laki-laki ini tidak mengindahkan sang ibu, mereka hanya datang mendekati dan minum bergantian dari sisa air dalam gelas ibunya. Sang wanita paruh baya memakluminya.

Selang 5 menit sang ibu bersama dua anak lelakinya pergi sang wanita paruh baya bergolak dengan penuh emosi, dia meyakinkan dirinya kalau kedua anak laki-laki tersebut tidak pernah diberkati dengan rasa sopan yang dalam dan tidak pernah diajarkan bertata krama yang baik oleh sang ibu. Mereka hanya anak-anak berkelakuan iblis yang tidak mengerti adat. Sang cucu-pun membenarkan dengan membandingkan betapa sopan dirinya ketika sebaliknya bertamu ke rumah orang lain. sang Nenek-pun sekejap bersinar-sinar mungkin merasa beruntung memiliki cucu yang terlihat baik.

Begitu sederhana namun menyakitkan dan sangat menggelikan, betapa sebuah keramah-tamahan hanyalah sebuah penghinaan terselubung, entah apa ini konspirasi baik hati atau basa-basi santai yang memuakan. Yang ku tahu ini hanya sebuah cerita yang tidak bermutu.