Jumat, 03 September 2010

Laut Laut Laut

tanggal empat belas bulan depan saya ganjil 21 tahun hahaha kalo tahun lalu saya berkelana dengan bus kota stop disetiap jembatan penyebrangan dan memberi beberapa ribu ke pengemis disana. walau waktu itu gencar UU dilarang memberi uang pada pengemis ya saya nekat saja. tidak banyak tapi paling tidak saya memberi. bukan untuk dicatat malaikat sebagai amal, bukan juga untuk image, tapi cuma kesenangan pribadi saja. tahun ini ada satu hal yang saya ingin-inginkan saya harap bisa jadi kado ulang tahun saya. LAUT.

dimana mencari laut di kota ini. kalaupun ada saya harus menembus hutan berawa, lalu berenang, dan tenggelam disela-sela hutan bakau. tuhan bawa saya ke laut. kabulkan doa saya yang konyol ini, hanya sesekali ini saja lalu berikutnya saya akan lebih sering bersyukur. saya ingin tenggelam sebentar saja, sebentar tidak sampai saya mati. lalu mengapung, melamun, menyanyi, dan menangis di laut. saya tidak butuh paket perjalanan ke eropa, saya cuma mau laut.. sekali ini saja. oh....laut laut laut... pasti menyenangkan menjejakan kaki di pasir. pergi bersama orang-orang yang saya sayangi. atau bahkan pergi sendirian ke sana. saya merindukan perasaan itu.

suatu hari sepertinya x, y, dan z

sepertinya hari ini tuhan sudah memberikan skenario penyerangan saya dengan sempurna. saya merasa di intimidasi akan banyak hal. manusia sekeliling saya sepertinya mendapat peran antagonis dari tuhan. seperti berada di satu posisi sulit untuk bergerak. jika saya melangkah maju mengikuti arus saya tampak seperti penjilat, munafik, dan picik. jika saya mundur dan memilih membangkang maka titel manusia tidak tahu diri akan jatuh ke tangan saya. saya hanya diam, mereka banyak berbicara, berbicara tentang nilai mereka untuk menilai saya. ah, entahlah... saya tidak bisa berlari kemana pun. seperti di tunjuk-tunjuk tidak sopan oleh seribu orang. ingin berlari, mereka berada di manapun di sekeliling saya. ingin berteriak, suara mereka terlalu bising, terngiang, dan mendengung panjang tak berdosa. ingin menangis, seringai wajah mereka justru bertambah keji. ingin memohon, jari telunjuk mereka sudah menghakimi saya, kalau sayalah tersangkanya yang tidak bisa berbuat banyak dan lemah.

kemanakah saya mencari teduh? uh tuhan sudah memberikan kontrak dengan deskripsi lengkap soal hidup saya. penuhi syaratnya atau berdosa! teman? saya sudah kehilangan arti mereka setelah mereka kenal arti dunia yang sebenarnya. keluarga? justru merekalah yang memaksa saya membawa matahari berada di pangkuan mereka. mereka hanya diam tanpa menuntut lisan. tapi saya tertekan dengan sendirinya, dengan segala akting mereka yang mejemukan itu. "I'm free finally..." kesesatan dan kesemuan yang semu! karena yang benar adalah "I'm alone at last."

hidup dengan bersyukur itu tidak gampang. hanya yang bermental dewa dan orang-orang yang merasa kepuasan mereka dalam hidup tidak mungkin mereka tangkap dengan cara mereka sendirilah yang mungkin mampu menjalaninya. bersyukur hanya karna patah arang. saya rasa saya adalah option yang pertama. kalau sudah berada dalam keadaan begini, yang penuh dengan keterasingan satu-satunya jalan yang bisa saya lakukan hanya menghela nafas panjang dan berfikir suatu hari saya harus mati dengan keadaan yang tidak seperti ini. suram tapi terlalu terang menyilaukan mata. saya ingin sebuah pelarian, tenggelam, lalu keluar dari birunya laut dan menemukan keadaan yang lebih asing dari sebelumnya, dimana saya bisa bergerak dan berbagi tanpa seribu jari telunjuk tidak sopan yang sewaktu-waktu bisa menjadi jari tengah. berlari dari kepicikan mereka. oh... saya akan meninggalkan x,y, dan z... mungkin bukan sekarang tapi pasti suatu hari nanti.